Hari sudah
sore. Matahari harus segera enyah dari indera lihat makhluk bumi termasuk
manusia. Tugasnya sudah selasai untuk hari ini digantikan sang bulan dan
bintang sebagai bumbu keindahan langit hitam nan jauh di atas sana. Sudah
saatnya orang-orang pintar itu harus pulang ke singgasananya. Berbagi suka cita
dengan sanak keluarga yang sudah menunggu dirumah.
Halte bis.
Tepatnya dibawah jembatan layang. Rame namun tidak sesak seperti kemarin.
Padahal pada posisi waktu yang sama. Mungkin orang-orang sudah pulang lebih
dulu. Halte itu kecil. Kalau tidak salah hanya berukuran 1,5 m x 4 . Akan
terasa penuh jika di dalamnya disinggahi manusia-manusia yang sedang menanti
kehadiran kendaraa besar warna hijau itu. Trans jogja namanya. Hanya ada
barang-barang sederhana di dalamnya. Kursi dari besi terpasang permanen
menempel dengan salah satu dinding. Dekat dengan pintu masuk berjaga petugas
halte satu orang. Wanita dewasa yang nampak anggun dengan kerudung hitam yang
mengksploitasi inner beautynya.
Tugasnya
hanya menunggu dan melayani orang-orang yang akan menunggang trans jogja. Ia
duduk di samping benda canggih berwarna putih kusam. Itupun kalau aku tidak
buta warna. Penumpang akan memberikan rupiah kepadanya dan ia akan segera
mengambil kartu dan memasukkannya kedalam lubang input pada benda. Akhirnya
pintu akan terbuka. Penumpang akan bisa masuk dan menunggu “bis hijau“ datang
yang akan mengangkut para penumpang.
Semuanya
diam. Bisu. Pantas. Mereka tidak saling mengenal. Alasan paling kuat untuk
memilih menutup mulut dari padi berdialog dengan orang-orang asing. Wajah-wajah
yang sedang bermuram kecut. Wajah-wajah yang seharusnya terlihat ceria namun
tertutup rapat oleh hati mereka yang tidak bahagia. Kenapa? Terlalu lama mereka
sudah menunggu kehadiran bis ijo. Tak kunjung datang. Apa daya.
Tetap
menunggu dan menunggu. Entah sampai berapa lama lagi. Mungkin beberapa detik
ataupun beberapa menit. Entahlah. Terlihat jelas enggan untuk ikut menunggu manusia-manusia
itu kembali kerumah. Sore harus pergi dan malam segera tiba.
0 komentar:
Posting Komentar