Minggu, 23 Juni 2013

Fisika Pun Proses


Fisika Pun Proses
Mungkin orang akan beranggapan bahwa aku orang hebat karena sudah kuliah dijurusan fisika. Ini karena persepsi mereka yang sedikit keliru. Keliru tentang fisika. Mereka mengaggap bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit dan hanya ditakdirkan bagi orang-orang yang memilki kecerdasan lebih alias pintar. Padahal itu tidak bisa sepenuhnya dibenarkan.
Tidak selalu orang yang kuliah di fisika adalah kaum-kaum dengan intelegensi tinggi. Bahkan bisa saja sebaliknya. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa mereka ”nyasar” masuk di fisika. Pernyataan ini aku dasarkan pada keadaan yang terjadi di kelas. Meskipun tidak sedikit yang mengatakan bahwa mereka cukup senang dengan masuk jurusan fisika.
Hampir sebagian besar mereka adalah “buangan” dari kampus tetangga. “buangan” dalam artian tidak diterima di ugm dan malah terdampar di uny. Semua orang tahu bahwa ugm adalah universitas dengan nomor wahid. Tidak bisa dipungkiri bahwa ugm adalah kasta tertinggi, sedangkan uny jauh dibawah ugm. Tidak salah jika uny atau dikenal dengan universitas negeri yogyakarta dijadikan pilihan yang kedua saat pendaftaran mahasiswa baru. Alhasil beberapa diantara mereka harus menelan pil hambar tertolak dari ugm dan masuk di uny. Tapi setidaknya mereka masih punya keberuntungan masih berkesempatan untuk kuliah.
Begitupun juga yang aku rasakan. Hanya saja sedikit berbeda. Aku “terbuang” dari itb. Ya itb. Institute teknologi bandung. Institute yang menjad rebutan banyak orang. Mungkin hanya calon mahasiswa dengan intelegensi level utama yang bisa mencicipi indahnya system pendidikan di sana. Dan aku belum cukup cerdas untuk itu.
Alhasil masuklah aku ke dunia fisika sampai sekarang. Setidaknya sudah satu tahun bergelut disana. Memang fisika adalah satu-satunya peljaran yang aku suka. Itu dulu. Mungkin juga sekarang. Aku masih ingat pas pengumuman snmptn jalur tertulis tahun 2012. Masih melekat dalam benak. Sedikit kecewa dengan hasil itu. “hana” diterima di uny.  Bukan di itb. Meski begitu ada hal positif yang harus dipelajari. Yakni bersedia untuk ikhlas menerima takdir.
Memori saat pertama kali menginjakkan kaki di uny cukup tersimpan rapi dalam hardisk (otak). Luar biasa kala itu. Setidaknya mainset ku bahwa universitas ini besar dan megah. Tapi setelah aku menginjakkan kaki di bumi ugm seolah persepsi itu tertepis. Ada yang lebih megah dari uny. Yaitu ugm. Titik awal muncunya pundi-pundi kedengkian dengan nasib teman. Cukup.
Pertama kali masuk kuliah. Cukup menjadi peristiwa dengan kategori special. Pertama. Tidak tahu ruang kelas. Akirnya tanya petugas. Masuk ke kelas penuh dengan rasa bangga dan minder. Bangga karena jadi mahasiswa. Minder karena berada ditengah mahasiswa lainnya. Saat itu belum ada dosen. Dengan penuh rasa bangga aku maju ke depan kelas, memulai untuk memperkenalkan diri. Dengan harapan akan jadi ketua kelas saat itu. Salah satu trik. Obsesi menjadi ketua masih lekat denganku. Ingin meneruskan budaya menjadi ketua kelas tempo dulu saat masih duduk dibangku sma. Saat itu aku dipercaya menjadi ketua kelas tiga tahun berturut-turut. Dan aku baru sadar bahwa belum saatnya aku menjadi ketua kelas di level mahasiswa. Temanku yang lebih dipercaya untuk jadi ketua kelas di fisika B. Yoradab adalah julukannya.
Bulan pertama, kedua, ketiga dan keempat tidak lancar. Semenjak jadi mahasiswa fisika aku tidak pernah belajar sekadar  membuka buku pelajaran. Kebiasan buruk itu merembet kemana-mana. Bulan september tanggal 4 tahun 2013 menjadi titik balik dalam hidup. Belajar yang dulu dijadikan hal yang fardhu sekarang seolah menjadi sesuatu yang haram untuk dilakukan. Sejak saat itulah aku lupa dengan arti dari belajar dan bagaimana cara belajar yang baik. Sampai sekarang.
Dua semester kawin dengan fisika merasa belum mendapatkan apapun.  Hampir semua mata kulaih yang diberikan dosen hanya sebuah materi. Materi yang digunakan sebagai senjata untuk mendapatkan nilai a dari dosen. Bukan sebuah ilmu yang  seharusnya didapatkan oleh pencari ilmu. Kuliah satu tahun tidak semakin pintar malah semakin “bodoh”.
Terlepas dari itu semua. Aku masih punya keyakinan bahwa semua ini adalah sebuah proses yang wajib dijalani oleh semua insan sebagai jalan menuju hal yang benar. Apapun keadaan sekarang tetap saja sebuah proses.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Entri Populer

Diberdayakan oleh Blogger.
 

Followers

 

Blogger news

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger