Aku ingin
suka dan bisa menulis. Aku mulai hari ini dan harapannya akan bisa berlanjut ke
hari-hari berikutnya. Sebuah kepuasan tersendiri ketika aku bisa menciptakan
rangkaian huruf yang pda akhirnya membentuk sebuah naskah cerita atau apapun.
Kata orang butuh kebiasaan menulis untuk mendapatkan inspirasi ketika kita
menulis.
Oleh karena itu aku ingin membiasakan diri menggoyangkan tanganku di
atas keyboard laptop sehingga akan tercipta sebuah cerita sederhana meskipun
dengan kadar kebagusan yang tak seberapa. Mungkin ini baru awalnya saja. Toh
jika aku terus menulis dan menulis kemungkinan besar sejuta ide akan muncul di
otak dan akhirnya tersalurkan oleh tangan menuju tombol-tombol laptop dan
terpampang di layar monitor.
Tidak mudah
memang untuk menulis yang baik dan menarik namun bukan tidak mungkin untuk
melakukan hal ini. Namun sebanding dengan berjalannya waktu pasti akan menjadi
hal yang tidak sulit bagiku jika ingin mengorek ribuan kalimat dari memori
penyimpananku yaitu otak dan menghasilkan karya hasil tulisanku sendiri. Ini
semua hanya persoalan waktu. Juga tidak bisa diabaikan ketekunan dan kesabaran
untuk mempertahankan kebiasaan menulis seperti ini setiap hari di tengah-tengah
kesibukan yang berbagai macam. Maklum aku sedang menyandang gelar paling luar
biasa saat ini yaitu mahasiswa. Ya menurutku itu luar biasa meskipun tidak
sedikit yang mengatakan itu hal yang sangat, sangat dan sangat super biasa
sekali.
Kelak aku
ingin memiliki sebuh novel. Novel yang aku tulis sendiri menggunkan jari-jemariku.
Novel yang terinspirasi oleh pengalaman dan daya imajinasiku sendiri, atau
mungkin sumbangsih dari pengalaman teman-temanku. Tentu saja itu buka hal yang
mudah bahkan terlalu sulit untuk dilakukan, bahkan juga hampir mendekati level
mustahil. Namun kepercayaan akan aku bisa membuat novel cukup untuk mengimbangi
rasa pesimis akibat dari tingkat kesulitan itu. Bukankah tuhan akan selalu
membantu kaumnya jika kaum tersebut mau dan berkehendak untuk mencapai
cita-citanya. Jadi tidak ada alasan bagiku untuk mengatakan bahwa semua ini
adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Yang penting aku melakukan, melakukan
dan terus melakukan. Karena sebuah proses itu satu tingkat lebih tinggi
disbanding dengan hasil dari proses. Dari proses itulah kita belajar akan menjadi
manusia dewasa sebenarnya. Karena apa? Proses yang begitu panjang belum tentu
akan menghasilkan sesuatu yang sepadan dengan proses tersebut. Namun yang perlu
digaris bawahi adalah cara kita untuk menerima hasil tersebut dan bagaimana
cara kia menjalani proses yang ada.
Kalau boleh
jujur aku bukan termasuk orang yang mudah mencurahkan ide dan gagasan yang ada
di otak ke dalam sebuah tulisan. Pernah suatu ketika aku menulis dan jadi
beberapa lembar. Memang harus aku akui sangat sulit memang untuk melakukan
aktivitas yang namanya menuangkan ide kedalam rangkaian tulisan. Setelah
tulisan itu aku merasa sangat bangga karena sudah menciptakan sebuah karya
meskipun sederhana. Aku baca ulang naskah tersebut dan kamu tahu bagaimana
jadinya? Sangat dekat dengan istilah kocar-kacir. Susunan kalimat dan diksinya
carut marut entah dimana keterkaitan antar kalimat. Aku sebagai pihak yang
sangat berpengaruh atas tulisan itu karena aku yang menulis bahkan tidak
terlalu mengerti maksud dari tulisanku sendiri. Ternyata hasil tulisan yang aku
buat tidak sesuatu dengan gagasan yang ada dalam otak. Terlalu banyak ide yang
tumpah kemana-mana ketika aku menuangkan ke dalam tulisan. Memang, aku tidak
bakat menjadi seorang penulis.
Namun aku
tidak ingin menyerah begitu saja. Sudah sering aku menyerah atas hal yang
seharusnya aku perjungkan hingga tetes darah penghabisan. Hingga akhirnya aku
menyesla dengan tindakan bodoh itu. Sekarang aku ingin memperjuangkan opsesiku
untuk menulis. Cita-citaku tidak muluk-muluk, aku tidak harus menjadi seorang
penulis besar, namun jika memang suatu saat aku menjad seorang penulis terkenal
sudah pasti aku tidak akan pernah menolak. Setidaknya aku menjadi seseorang
yang bisa menciptakan sebuah karya dari hasil menulisku. Untuk sekarang aku
hanya bisa mengandai-andai jika suatu saat aku duduk di depan orang banyak dan
menceritakan isi buku yang sudah aku buat. Kemudian para pembaca datang
berduyun-duyun kepadaku untuk meminta tanda tangan. Waw. Keren sekali.
Aku ingin
membiasakan diri untuk menulis dan setiap hari aku harap bisa menulis minimal
satu halaman. Mari kita berhitung matematika. Jika satu hari aku menulis satu
halaman maka satu minggu aku sudah
menulis tujuh halaman. Itu jika satu minggu. Nah, kalau satu bulan aku sudah
menulis setidaknya tiga puluh halaman. Kemudian jika aku menulis satu tahun
maka sebanyak 355 halaman sudah terproduksi oleh kesepuluh jari-jemariku. Aku
pikir jumlah 355 halaman bukanlah jumlah yang sedikit. Dan aku pikir juga 355
halaman merupakan jumlah yang cukup untuk dikatakan sebagai sebuah buku.
Sehingga setidaknya selama satu tahun aku sudah mampu membuat satu buku.
Sungguh bangga bukan. Lebih-lebih kalau ada penerbit yang mau menerbitkan
naskahku. Keren bukan main. Kemudian di sampul tertulis nama Arif Sudrajat. Sangat,
sangat dan sangat bangga sekali.
Aku punya
teman. Dia bilang untuk apa aku menulis. Seperti kurang kerjaan katanya.
Sepintas memang pernyataan itu tidak salah.
Namun jika ditelaah lebih lanjut pernyataan itu juga tidak bisa
dibenarkan. Menurutku semua yang kita lakukan tidak ada yang sia-sia. Aku
percaya itu. Ya semoga saja imajinasi tersebut kelak bisa menjadi sebuah
kenyataan.
0 komentar:
Posting Komentar